Dalam menulis artikel hukum, sering kali penulis lebih banyak mencurahkan energi pada isi utama naskah pendahuluan, pembahasan, hingga kesimpulan. Namun, dua bagian kecil yang justru menentukan apakah tulisan kita akan dibaca orang atau tidak sering diabaikan: abstrak dan kata kunci. Keduanya adalah “pintu masuk” yang pertama kali dilihat pembaca, reviewer, bahkan mesin pencari akademik sebelum naskah benar-benar dibaca lebih dalam.
Abstrak sebagai wajah artikel
Abstrak ibarat kartu nama bagi sebuah artikel. Ia harus bisa menjelaskan apa inti penelitian, bagaimana cara penelitian dilakukan, dan apa yang ditemukan penulis. Dalam bidang hukum, abstrak yang baik biasanya mencakup latar belakang masalah, tujuan penelitian, metode yang dipakai, temuan penting, dan kesimpulan utama. Jangan sampai abstrak hanya berupa ringkasan normatif tanpa informasi konkret. Panjang idealnya sekitar 150–250 kata, singkat tapi tetap padat.
Bahasa sederhana, substansi jelas
Karena ditujukan untuk pembaca lintas disiplin, abstrak sebaiknya menggunakan bahasa yang lugas dan informatif. Hindari istilah teknis hukum yang terlalu rumit tanpa penjelasan. Ingat, abstrak bukan hanya dibaca oleh pakar hukum, tetapi juga akademisi dari bidang lain yang mungkin tertarik pada perspektif hukum dalam kajian mereka.
Kata kunci sebagai penanda akses
Kalau abstrak adalah wajah, maka kata kunci adalah “peta jalan” yang membantu artikel kita ditemukan di Google Scholar, SINTA, atau Scopus. Kata kunci yang terlalu umum seperti “hukum” atau “peraturan” sebaiknya dihindari. Pilihlah kata atau frasa yang lebih spesifik sesuai tema, misalnya hukum perusahaan, otoritas jasa keuangan, atau hak asasi manusia dalam konstitusi.
Jumlah kata kunci ideal
Tiga sampai tujuh kata kunci sudah cukup untuk mewakili isi naskah. Terlalu sedikit akan membatasi jangkauan, sementara terlalu banyak justru membuat artikel kehilangan fokus.
Konsistensi antara abstrak dan kata kunci
Sebaiknya kata kunci diambil dari istilah yang memang sudah muncul di abstrak. Dengan begitu, ada kesinambungan antara ringkasan dan penanda akses artikel.
Bilingual abstract
Banyak jurnal hukum di Indonesia mensyaratkan abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Pastikan terjemahan abstrak tidak sekadar mentah atau literal, melainkan sesuai dengan gaya akademis dalam bahasa yang dituju.
Menyusun abstrak dan kata kunci memang terlihat sepele, tapi justru di sinilah letak daya tarik pertama sebuah artikel hukum. Abstrak yang singkat, jelas, dan fokus, ditambah dengan kata kunci yang spesifik dan relevan, akan membuat tulisan lebih mudah ditemukan, dibaca, dan tentu saj lebih besar peluangnya untuk dipublikasikan di jurnal hukum bereputasi.